Salah satu masalah utama yang dihadapi perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan Ganoderma boninense. Penyakit ini sangat merugikan dan dapat menyebabkan kematian kelapa sawit. Saat ini serangan penyakitnya semakin berat dan laju infeksinya makin cepat. Agus Susanto, (dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit) menyatakan hal ini.
Penyakit ini sukar dikendalikan karena sifatnya yang menular melalui tanah. Saat ini Ganoderma sudah bisa ditemukan hampir disemua kebun kelapa sawit di Indonesia walau kejadian penyakitnya bervariasi. Perkembangan cepat penyakit ini tidak hanya di lahan mineral tetapi juga di lahan gambut. Pada tanah yang miskin unsur hara di laporkan kejadian penyakit ganoderma lebih besar.
Substrat Ganoderma di perkebunan kelapa sawit sangat melimpah. Inang alternatif penyakit ini sangat luas. Di hutan jamur ini menyerang tanaman berkayu. Jamur ini juga menyerang tanaman palem-paleman lain seperti kelapa. Saat ini dilaporkan akasia di Hutan Tanaman Industri (HTI) juga terserang Ganoderma.
Fakta di lapangan menunjukkan infeksi Ganoderma dapat dihentikan dan kelapa sawit dapat pulih kembali. Fakta lain adalah tidak ada kelapa sawit yang resisten dan imun terhadap ganoderma, tetapi masing-masing sumberdaya genetic mempunyai ketahanan yang berbeda-beda terhadap ganoderma.
Oleh karena hal itu, alternatif pengendalian terbaik adalah dengan pengendalian terpadu dengan menggunakan tanaman toleran, didukung pengendalian secara kultur teknis dan hayati. Strategi yang paling efektif mengurangi inokulum awal, sumber utamanya adalah akar dan batang kelapa sawit terinfeksi ganoderma. Cara yang ideal adalah dengan mensanitasi bagian tanaman yang merupakan sumber inokulum.
Tahapan pertama dalam untuk mengendalikan penyakit ini adalah kesadaran. Karena kejadian penyakit rendah, petani dan pekebun kelapa sawit cenderung mengabaikan penyakit ini. Oleh karena itu sosialisasi mengenai penyakit ini harus mencapai semua level dari pimpinan perusahaan sampai teknisi.
Sumber : Media perkebunan, edisi 96, Nopember 2011, hal 24