Pelatihan Berkah dari Sampah di Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan ini diadakan selama 3 hari berturut-turut, yaitu tanggal 25-27 Maret 2014. Pelatihan ini diikuti oleh Dinas Kebersihan di Indonesia, perusahaan pengolahan sampah, pengembangan perumahan, PT Semen Tonasa, dan para pegiat yang bergerak dibidang sampah.
Pada hari pertama materi diawali dengan tema Permasalahan dan Tantangan Pengelolaan Sampah di Kota Besar oleh Bpk. Heri Suhartono Kepala Bidang Pengembangan Peran serta Masyarakat dan usaha Kebersihan, DKI Jakarta. Pembicara yang kompeten di bidang pegelolaan sampah ini menuturkan beberapa poin mengapa pengolahan di kota besar sulit dilakukan. Hal yang menghambat diantaranya: kurangnya kerjasama antara masyarakat dan pemerintah, kurangnya sosialisasi tentang pentingnya pemilahan sampah, dan sistem pengolahan sampah yang masih harus dibenahi. Peserta cukup antusias dan menanyakan beberapa pertanyaan terkait penjelasan Bapak Heri tersebut.
Pengolahan sampah sangat erat kaitannya dengan konsep 3R (Reduce, Reuse dan Recycle). Materi mengenai hal tersebut disampaikan oleh peneliti senior BPBPI, Dr. Darmono Taniwiryono. Pada presentasi kali ini nampaknya ada yang lain, Dr. Darmono langsung mendemokan bagaimana pengolahan sampah skala rumah tangga dapat diterapkan dan langsung diaplikasikan. Dengan menggunakan ember bekas cat, alat bor, ijuk, kulit pisang, dan dekomposer (promi). Beliau mendemonstrasikan cara pembuatan pupuk organik cair. Cara yang simpel, mudah dan bisa langsung diaplikasikan oleh peserta pelatihan di rumah masing-masing. Peserta nampak bersemangat mengikuti presentasi dan peragaan tersebut.
Pembicara berikutnya adalah dokter muda yang telah memperoleh penghargaan dari Pangeran Charles, Inggris sebagai Prince of Wales Young Sustainability Entrepreneur. Sekaligus pemenang USAID Award dan Penggagas Asuransi Sampah yaitu dr. Gamal Albinsaid. Kampus Taman Kencana menjadi tempat dr. Gamal berbagi ilmu tentang sosial entrepreneur yaitu dengan berbisnis sampah kita bisa menolong orang sekaligus mendapat keuntungan. Asuransi sampah yang telah dirintisnya semenjak tahun 2009 mendapat perhatian khusus dari berbagai kalangan. Hal itu terbukti dengan banyaknya penghargaan yang telah diraih oleh dr. Gamal. Setiap orang yang ingin berobat menggunakan asuransi sampah minimal menyetorkan premi sebesar 10.000 per bulan dan premi yang terkumpul itu bisa digunakan untuk berobat. Sampah yang terkumpul diolah dan dijual kembali. Sejauh ini dr. Gamal baru mengolah sampah non organik dan sedikit merambah ke sampah organik. Pengolahannyapun masih terbatas yaitu untuk sampah organik dijadikan pupuk organik dan pakan cacing tanah. Sedangkan sampah non organik dijual kembali.
Materi dilanjut oleh peneliti BPBPI, Dr. Isroi tentang Pengomposan Sampah dan Produksi Pupuk Organik. Sampah yang telah terkumpul selanjutnya memerlukan pengolahan untuk bisa menjadi barang yang bernilai ekonomi tinggi. Kompos dari sampah organik mudah pembuatannya yaitu sampah organik seperti dedaunan, kulit buah-buahan, dan sayuran dikumpulkan menjadi satu dalam wadah dan diberi dekomposer. Peserta antusias dalam mengikuti pelatihan ini. Banyak pertanyaan yang menjadi bahan diskusi. Tidak hanya materi namun praktek pembuatan biogas dari sampah pun diajarkan dalam pelatihan ini. Yang bertindak sebagai tutor adalah Haryo Tedjo Prakoso, peneliti di BPBPI.
Pada hari ke-2, peserta mendapatkan materi yang tidak kalah menarik dari hari sebelumnya. Materi pertama disampaikan oleh Direktur PT Narpati Karya Lestari Persada yaitu Ir. Anton Poniman, MBA mengenai Pengolahan Sampah Kota Skala Industri untuk Produksi Pupuk Organik dan Refined Derived Fuel (RDF). Bapak Ir. Anton Poniman, MBA banyak membagi ilmu dan pengalamannya dalam hal pengolahan sampah mencakup bagaimana denah tempat pengolahan sampah di perusahaannya, strategi pengenalan pupuk organik kepada masyarakat terutama petani, produk lain dari pengolahan sampah organik selain pupuk organik, serta pentingnya pupuk organik bagi masa depan.
Dilanjutkan materi yang disampaikan oleh Peneliti Senior BPBPI yaitu Dr. Siswanto, DEA mengenai Biogas dari Sampah dan Pemanfaatannya, serta Dr. Happy Widiastuti mengenai Teknologi BPBPI untuk Produksi Pupuk Hayati dari Sampah. Dalam hal ini BPBPI tidak hanya berperan sebagai lembaga penelitian, tetapi juga dapat menghasilkan produk hasil penelitian tersebut yang dapat digunakan oleh masyarakat luas. Beberapa diantara produk BPBPI yang berhubungan dengan pengolahan sampah diantaranya PROMI (bioaktivator dalam pembuatan kompos dan pupuk organik), Pupuk Hayati (MIZAPLUS, RHIPOSANT), dan sebagainya. Selain produk tersebut, BPBPI juga memiliki lab jasa analisis yang terakreditasi dalam pengujian pupuk organik dan an-organik. Disamping mendapatkan materi, hari kedua peserta pelatihan juga melaksanakan praktikum mengenai pembuatan pupuk organik dari sampah di Kebun Percobaan Ciomas.
Di hari ketiga acara diisi dengan field trip ke PT. Swen Inovasi Transfer, Bogor. PT Swen IT merupakan perusahaan biogas pertama di Indonesia. Ibu Sri Wahyuni yang merupakan CEO dari PT Swen IT tidak canggung untuk menularkan ilmunya mengenai Biogas. Biogas yang dihasilkan oleh PT Swen IT sudah mencapai kemurnian 60% bisa dikonversi menjadi listrik dan energi. Produk PT Swen diantaranya, genset biogas, kendaraan biogas, rice cooker biogas, dan oven biogas. Tempat field trip berikutnya adalah Perumahan Griya Melati. Perumahan ini layak untuk dijadikan percontohan pengelolaan sampah yang baik karena TPA yang ada di perumahan ini sudah diolah dengan konsep 3R (Reduce, Reuse dan Recycle). Tumpukan sampah yang ada di TPA ini tidak berbau karena disemprot menggunakan asap cair. Sortasi sampah selalu dikakukan oleh petugas agar dapat dipisahkan sampah organik dan non organik sebelum diolah lebih lanjut.