Sudah tidak asing lagi, teknologi kultur jaringan telah menjadi solusi penyediaan benih unggul tanaman hias. Salah satu teknik dalam kultur jaringan yang banyak digunakan untuk perbanyakan tanaman hias adalah organogenesis. Teknik organogenesis pun mampu menghasilkan laju multiplikasi yang cukup tinggi untuk produksi benih skala massal.
Prinsip dari organogenesis yaitu menumbuhkan sel atau jaringan meristematik tanaman pada medium tertentu untuk menginduksi terbentuknya meristem unipolar. Meristem unipolar yang dimaksud yaitu tumbuhnya primordia tunas atau primordia akar, yang dipengaruhi oleh hormon auksin dan sitokinin baik endogen maupun eksogen. Teknik organogenesis terbagi menjadi organogenesis langsung dan organogenesis tidak langsung. Pada organogenesis langsung, jaringan yang diinduksi langsung membentuk tunas atau akar. Apabila terbentuk tunas, kemudian dapat diinduksi perakarannya ketika proses pendewasaan. Sedangkan apabila akar yang tumbuh, tunas akan sulit untuk diinduksi. Pada organogenesis tidak langsung, prosesnya melalui tahapan pembentukan kalus terlebih dahulu, yang kemudian diinduksi untuk membentuk tunas.
Beberapa tanaman hias yang berhasil dikembangkan di PPBBI melalui teknologi organogenesis langsung antara lain Phylodendron Red Emerald dan Leather leaf (Ruhmora adiantiformis) (Gambar 1). Organogenesis langsung pada Phylodendron Red Emerald menggunakan eksplan tunas pucuk yang ditanam dalam medium Murashige and Skoog (MS) dengan penambahan sitokinin untuk menginduksi tunas. Setelah beberapa kali subkultur, tunas mampu bermultiplikasi rata-rata 20 hingga 30 kali. Dalam 1 botol kultur yang ditanami 5 tunas, mampu dihasilkan rata-rata 100 tunas setelah 4 minggu.
Organogenesis langsung pada Leather leaf menggunakan eksplan rimpang yang ditanam pada pada medium cair MS dengan penambahan auksin dan sitokinin (Gambar 2). Hormon yang digunakan untuk menginduksi tunas langsung dari eksplan adalah sitokinin sintetik Thidiazuron yang memiliki sifat kuat dalam menginduksi diferensiasi sel. Multiplikasi tunas dipacu dengan sitokinin BAP yang setelah beberapa kali subkultur mencapai laju multiplikasi maksimal 5 kali.
Adapun tanaman hias yang telah berhasil dikembangkan melalui teknologi organogenesis tidak langsung antara lain Anthurium adreanum dan Zingiber spectabile (Gambar 3). Organogenesis pada Anthurium adreanum menggunakan eksplan daun muda yang ditanam pada medium MS dengan penambahan auksin dan sitokinin. Penambahan hormon auksin sintetik seperti 2,4-D kemudian menyebabkan dediferensiasi sel tanaman sehingga terbentuk kalus yang kemudian membentuk tunas. Melalui teknik ini, tunas mampu bermultiplikasi hingga 75 kali.
Organogenesis tidak langsung pada Zingiber spectabile dilakukan menggunakan eksplan buku batang yang ditanam pada medium MS dengan penambahan sitokinin dan auksin yang menginduksi terbentuknya kalus (Gambar 4). Kalus tersebut kemudian membentuk tunas setelah melalui proses subkultur berulang pada medium tanpa hormon. Setelah tumbuh menjadi planlet, Z. spectabile diperbanyak dengan memotong setiap buku batang dan ditanam pada medium tanpa hormon secara horizontal. Setiap buku batang mampu menghasilkan maksimal 4 tunas baru. Satu planlet dewasa memiliki 4 buku batang dan dapat bermultiplikasi menjadi 16 tunas baru. Selain itu, kalus pun dapat dengan mudah diproliferasi sebagai stok yang dapat disimpan hingga 7 minggu periode subkultur.
Pemilihan teknologi yang akan digunakan baik melalui organogenesis langsung maupun tidak langsung dapat disesuaikan dengan kemudahan eksplan dalam beregenerasi. Baik melalui organogenesis langsung maupun tidak langsung, laju multiplikasi dapat dimaksimalkan. Pada organogenesis langsung, tunas primer dapat melalui proses multiplikasi hingga menghasilkan tunas-tunas samping. Sedangkan pada organogenesis tidak langsung, multiplikasi pada kalus dan pada tunas dapat juga dilakukan. Selain itu, untuk produksi bibit skala besar, kultur cair dalam bioreaktor dapat digunakan [1,2] dan mampu meningkatkan biomassa hingga 6 kali dalam 3-4 minggu [2].
Referensi
1. Paek, K. Y., E. Hahn, J Heo, and S. H. Son. 2000. Micropropagation of ornamental plants using bioreactor system pp.252-257. In C. Kubota & C. Chun (eds.). Transplants Production in the 21st Century, Springer.
2. Ziv, M. 2005. Simple bioreactors for mass propagation of plants. Plant Cell, Tissue and Organ Culture 81(3): 277-285.