PPKS Unit Bogor

Kunjungan Pendiri sekaligus Presiden dari Royal Museum Rotterdamsche Lloyd – Belanda ke PUI Bioteknologi dan Bioindustri di Bogor

Pada tanggal 13 Februari 2017, Pendiri sekaligus Presiden Royal Museum Rotterdamsche Lloyd, HMC Ed Van Lierde berkesempatan mengunjungi PUI Bioteknologi dan Bioindustri dalam kunjungan kerjanya untuk menjajaki peluang dan potensi pengembangan museum perkebunan di Indonesia. Beliau didampingi oleh Bapak Soedjai Kartasasmita, Presiden Komisioner PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk, Kepala Badan Kerjasama Perusahaan Perkebunan Sumatera, dan Ketua Gabungan Perusahaan Perkebunan Indonsia. Pada kesempatan tersebut, Direktur PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN), Dr. Teguh Wahyudi dan Direktur Risbang PT RPN, Dr. Gede Wibawa, menyempatkan untuk hadir dan beramah tamah dengan Ed serta rombongan.

Dalam diskusi singkatnya, Ed menyatakan potensi besar institusi besar peninggalan Belanda yang bergerak dalam bidang perkebunan untuk membuat museum perkebunan. Hubungan Indonesia dan Belanda dalam bidang perkebunan sendiri memiliki sejarah yang sangat panjang. Sejarah tersebut melekat dan tercermin dari gedung-gedung heritage yang hingga hari ini masih aktif digunakan sebagai pusat-pusat penelitian komoditas perkebunan di Indonesia. Dalam sejarah penelitian perkebunan di Indonesia, PPBBI yang merupakan kelanjutan dari Centrale Proefstation Vereniging (CPV) sejak tahun 1901 adalah satu dari beberapa institusi yang bergerak dalam bidang penelitian perkebunan di Indonesia.

Bersama sang istri, Josie Van Lierde, Ed menyempatkan untuk melihat koleksi buku tertua yang berada di Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia yaitu tiga buku ekspedisi Georg Everhard Rumphius yang diterbitkan pada tahun 1705. Rumphius mendokumentasikan kekayaan Maluku khususnya dalam bidang botani serta mengabdikan seluruh hidupnya lebih dari 50 tahun di Ambon. Salah satu karya masterpiece beliau berjudul Amboinsch Kruid-Boek atau Herbarium Amboinense merupakan buku yang sangat langka dan sulit diperoleh di koleksi dunia. Keberadaan buku tersebut di lembaga PUI ini menjadi saksi bisu sejarah perkebunan sejak ratusan tahun silam.

RAP


Share di Facebook