Beberapa komoditas penting, selain bisa dibuat dari bahan petrokimia tidak terbarukan, dapat juga diproduksi dari biomassa menggunakan bioteknologi industri. Karena itu bioteknologi industri merupakan teknologi kunci bagi terwujudnya bioekonomi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Bioekonomi dapat diartikan sebagai kegiatan produksi dan konversi berkelanjutan dari biomassa menjadi produk pangan, kesehatan, serat dan produk industri lainnya serta energi. Bioekonomi mencakup semua industri dan sektor yang menghasilkan, mengelola atau memanfaatkan sumberdaya hayati (termasuk limbah organik), seperti pertanian, kehutanan, perikanan dan kelautan. Bioekonomi modern didasarkan pada iptek dan inovasi ilmu hayati bersama dengan teknologi-teknologi lainnya seperti rekayasa, kimia, komputer dan teknologi nano.
Mengapa bioekonomi diperlukan? Dunia saat ini menghadapi sejumlah tantangan seperti pertumbuhan jumlah penduduk, perubahan iklim, peningkatan emisi gas rumah kaca, dan kebutuhan pangan serta air. Bioekonomi diharapkan mampu meningkatkan ketahanan pangan, menghasilkan pangan yang lebih sehat, mengurangi dampak negatif lingkungan dari industri pertanian, kelautan dan manufaktur. Bioekonomi juga dapat membantu dunia beralih dari sumber fossil untuk keperluan energi dan bahan baku industri.
Pemikiran tentang bioekonomi yang didasarkan pada iptek modern, global, kompetitif dan dinamis dicetuskan pada pertemuan tingkat tinggi yang diadakan tahun 2000 di Lisbon oleh Uni Eropa (EU). Strategi EU 2020 diumumkan pada tahun 2010, mencantumkan bioekonomi sebagai salah satu komponen penting dari tiga prioritas Strategi tersebut, yaitu:
• Pertumbuhan pintar: mengembangkan ekonomi berdasarkan ilmu pengetahuan dan inovasi;
• Pertumbuhan berkelanjutan: mendorong ekonomi yang lebih efisien bahan baku, hijau dan kompetitif; dan
• Pertumbuhan inklusif: membantu perkembangan ekonomi padat karya yang dapat memberikan keterpaduan sosial dan kawasan.
OECD (The Organisation for Economic Co-operation and Development) yang beranggota-kan 34 negara industri di Eropa, Amerika, Australia dan Asia, telah mempublikasikan The Bioeconomy to 2030: designing a policy agenda, suatu laporan langkah kebijakan pemerintahnya untuk mendukung berkembangnya bioekonomi. Beberapa negara telah mengadopsi dan mengimplementasikannya dalam strategi bioekonomi di masing-masing negaranya.
Menurut publikasi tersebut produk bioteknologi yang akan ada di pasar pada tahun 2015 masih didominasi oleh produk varietas tanaman PRG (produk rekayasa genetik atau transgenik), dan terapi kesehatan. Tanaman PRG intragenik (bukan transgenik) akan juga dipasarkan kemudian, termasuk ternak atau hewan PRG. Dalam bidang kesehatan, nilai perdagangan obat-obatan juga akan meningkat. Nilai produk biochemicals (selain obat) akan melonjak dari 1,8% terhadap seluruh produksi bahan kimia pada tahun 2005, menjadi antara 12% hingga 20% pada tahun 2015. Produksi biofuel bergeser dari etanol G1 berbasis pati (starch) atau gula tebu ke etanol G2 dari biomassa lignoselulosa seperti rumput-rumputan dan kayu. Pada tahun 2030, diperkirakan produk-produk bioteknologi yang tahun 2015 sudah ada di pasar akan lebih berkembang lagi baik dari sisi kuantitas, kualitas maupun variannya.
Sumber: Australian Goverment, Department of Industry (2013). Bioeconomy and Industrial Biotechnology. http://www.innovation.gov.au/industry/biotechnology /IndustrialBiotechnology/Pages/BioeconomyandIndustrialBiotechnology.aspx