Pengunjung | [+/-] | |
Hari ini: Kemarin: Kemarin Lusa: | 30 189 204 | -15 |
Total | ||
Jumlah Pengunjung | 324 600 |
Kebutuhan akan benih unggul merupakan hal pokok yang harus terpenuhi untuk meningkatkan produktivitas tanaman perkebunan di Indonesia. Mengingat Indonesia merupakan salah satu produsen utama di dunia untuk beberapa komoditas perkebunan seperti kelapa sawit, karet, kopi, kakao, teh, tebu, maka produktivitasnya harus mampu bersaing dengan negara produsen lainnya. Penggunaan benih unggul merupakan salah satu faktor utama untuk menunjang produktivitas tanaman. Penyediaan benih unggul tanaman perkebunan dapat dilakukan melalui teknik kultur jaringan yaitu somatic embryogenesis (SE). Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia (PPBBI) sebagai institusi riset yang memiliki kapasitas dan pengalaman panjang dalam riset maupun produksi benih unggul tanaman perkebunan melalui SE, mengadakan Workshop Perbanyakan Klonal Tanaman Perkebunan melalui Teknologi Somatic Embryogenesis (SE). |
Selamat datang di website Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia (PPBBI).
Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia (PPBBI) adalah peningkatan status dan perubahan nama dari Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia. Dalam sejarah penelitian di Indonesia, PPBBI merupakan kelanjutan dari Centrale Proefstation Vereniging (CPV) yang didirikan tahun 1901 oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda. Peningkatan status dan perubahan nama tersebut untuk menjawab tantangan industri pertanian dengan pendekatan efisiensi, nilai tambah, ramah lingkungan, dan berkesinambungan.
Kompetensi PPBBI dalam kegiatan riset dan pengembangan terus ditingkatkan seiring dengan besarnya tantangan dan tingginya peluang. Sertifikasi dan penghargaan telah kami raih seperti KAN dan KNAPPP. Penetapan PPBBI sebagai Pusat Unggulan Iptek (PUI) Bioteknologi Perkebunan oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menjadikan landasan kuat bagi PPBBI untuk peningkatan kinerja dalam mencapai kemandirian secara finansial dan berkontribusi lebih tinggi bagi ibu pertiwi.
Berbagai produk dan teknologi telah kami hasilkan dan banyak diantaranya sudah digunakan oleh industri pertanian di Indonesia, seperti bahan tanaman hasil kultur jaringan dan somatic embryogenesis, biodekomposer, pembenah tanah hayati dan organik, pupuk hayati, biostimulan, biopestisida, pangan, starter fermentasi kopi, dll. Dari sisi jasa pelayanan, PPBBI menyediakan jasa analisis laboratorium (kimia dan pangan, mikrobiologi dan lingkungan, serta biokimia dan biologi molekuler) secara cepat, tepat, dan handal.
Beberapa teknologi telah kami kembangkan, antara lain teknologi somatic embryogenesis kelapa sawit dan sagu, teknik replanting kelapa sawit bebas Ganoderma, pemetaan serangan penyakit Ganoderma secara dini, produksi biogas skala industri, penggendalian dan pemanfaatan limbah industri, peningkatan citarasa kopi, dan teknologi untuk meningkatkan produksi dan kualitas panen padi dan jagung. Untuk itu PPBBI membuka diri untuk melakukan pelatihan dan bantuan teknis sesuai dengan kebutuhan stakeholder.
Terima kasih atas kunjungan ke website kami. Kami berharap website ini dapat digunakan untuk menggali informasi tentang produk dan teknologi hasil karya peneliti PPBBI serta artikel tentang riset dan pengembangan bioteknologi dan bioindustri. Komunikasi lanjutan dan kerjasama saling menguntungkan kami harapkan dapat terjalin untuk kepentingan semua pihak.
Dr. Ir. Priyono, DIRS
Direktur Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia
Pelatihan Bioinformatika untuk Protein ModellingProtein adalah alat molekuler yang menjalankan fungsi biologis di dalam organisme. Protein adalah materi pembangun seluruh sel di dalam tubuh organisme. Meskipun informasi genetik terkait kehidupan sel dikode oleh DNA, proses dinamis dari hidup, replikasi, pertahanan dan reproduksi seluruhnya dilaksanakan oleh protein. Oleh sebab itu, studi terkait protein menjadi sangat penting dalam berbagai bidang seperti pertanian, perkebunan hingga kesehatan. Kini, perpaduan antara bioteknologi dan teknologi informasi (bioinfomatika) menjelma menjadi cabang ilmu yang mengorganisasi dan menganalisa data-data tersebut menjadi sebuah informasi biologis bermakna. Ribuan database telah tercipta dalam kurun waktu dua dasawarsa terakhir di dunia yang mendukung perkembangan dari riset bioinformatika di berbagai bidang. Keberadaan database dari berbagai organisme yang bersifat terbuka (open access) tersebut memungkinkan pencarian dan studi homologi protein potensial untuk berbagai fungsi di bidang pertanian hingga kesehatan. Hal tersebut semakin penting mengingat tren penelitian in silico yang sangat membantu ilmuwan untuk melakukan penelitian secara lebih tepat, terarah dan efisien. Sebagai institusi riset, PPBBI telah lama menggunakan pendekatan bioinformatika sebagai bagian dari penelitian bioteknologi untuk mendapatkan hasil terbaik. Oleh karena itu, PPBBI akan menyelenggarakan pelatihan dengan topik “Bioinformatika untuk Protein Modelling”. Pelatihan ini merupakan gabungan antara teori (50%) dan praktek (50%) yang diharapkan membekali peserta dengan kemampuan melakukan analisis in silico untuk protein modeling yang menjadi dasar untuk pengembangan protein potensial tanaman maupun desain obat. Pelatihan akan dilaksanakan di Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia, Jl. Taman Kencana No. 1, Bogor 16128, pada tanggal 17-18 April 2018. Untuk informasi lebih lanjut dapat men-download leaflet berikut : download leaflet Lesunya penelitian karet di Indonesia dan Kering Alur Sadap yang masih terus mengancamPertumbuhan konsumsi karet alam di dunia hingga tahun 2020 memperlihatkan tingginya kebutuhan karet alam yang belum dapat diimbangi produksinya. Dalam upaya mengatasi permasalahan penyakit karet utama seperti Kering Alur Sadap, berbagai usaha penelitian dan pengembangan telah dilakukan. Namun, penelitian dan pengembangan tersebut tidak berjalan lancar dikarenakan rendahnya investasi akibat tidak stabilnya harga karet di dunia. Dalam kondisi sulit, bioinformatika dapat menjadi solusi sementara untuk mengisi kehausan akan inovasi dalam penelitian pada tanaman karet terutama terkait KAS. Diperkirakan bahwa konsumsi karet alam akan tumbuh 3,5% rata-rata setiap tahun hingga 2020. Penambahan daerah budidaya karet secara dramatis dibatasi karena perlindungan hutan liar, kompetisi lahan dengan tanaman kelapa sawit, dan ketersediaan bahan tanam karet yang sesuai dengan daerah marginal dengan lingungan kering atau dingin. Dalam rangka memenuhi permintaan karet alam pada tingkat dunia, peningkatan hasil dan produktivitas lateks merupakan hal yang penting. Meskipun pemupukan dan optimasi sistem panen memainkan peranan penting dalam hal produktivitas, namun hingga hari ini kebutuhan akan bahan tanam yang baik dan vigor masih menjadi faktor utama. Perlukah sentuhan bioteknologi konservasi modern untuk plasma nutfah sagu indigenous Indonesia?Pemuliaan tanaman sagu saat ini masih berorientasi pada karakter rendemen pati, kualitas (rasa) pati, ketebalan empulur, dan berduri atau tidak berduri. Sayangnya, informasi keragaman genetik sagu yang reliable dan kuantitatif sukar untuk diperoleh di Indonesia. Teknik DNA barcoding yang telah banyak digunakan dalam biologi konservasi menawarkan percepatan penelitian di bidang genetika sagu. DNA barcoding dapat dimanfaatkan untuk pengembangan basis data sekuen dan DNA dari sampel tanaman sagu yang dapat dimanfaatkan dalam mengkarakterisasi individu-individu spesies sagu di Indonesia. Sagu (Metroxylon sagu Rottb.) merupakan salah satu sumber pangan dan energi yang sangat potensial dengan potensi produksi mencapai 15-25 ton pati kering/ha/tahun. Tepung atau pati sagu dapat digunakan sebagai bahan baku industri seperti mie, perekat, bioetanol, dan produk turunan lainnya [1]. Indonesia memiliki luas areal pertanaman sagu sebesar 60% dari areal total dunia yang mencapai lebih dari 2 juta ha. Luas areal sagu di Indonesia mencapai 1.528.917 ha yang tersebar di Papua (1.406.469 ha), Maluku (41.949 ha), Sulawesi (45.540 ha), Sumatera (31.872 ha), Kalimantan (2.795 ha), dan Jawa Barat (292 ha) [2]. Fitoremediasi sebagai alternatif pemulihan lahan pasca tambangPermasalahan tambang nasional dan internasional saat ini menjadi sorotan banyak media. Di Indonesia, pertambangan berskala kecil terus bertambah dalam satu dekade terakhir. Bersamaan dengan itu, eksploitasi besar-besaran terhadap batubara secara ekologis sangat memprihatinkan karena menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup sehingga menghambat terselenggaranya sustainable eco-development. Kekayaan sumberdaya bahan tambang di Indonesia yang cukup besar dapat menimbulkan resiko negatif terhadap lingkungan apabila tidak dilakukan upaya perbaikan lingkungan yang memadai dan optimal dapat menimbulkan resiko terhadap lingkungan. Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki bahan tambang yang besar dan merupakan salah satu sumber pendapatan yang penting bagi negara. Saat ini, pertambangan merupakan salah satu usaha yang menjadi isu kontroversial karena di satu sisi sebagai sumber devisa untuk pembangunan nasional dan daerah, juga memberi keuntungan bagi pengusaha dan masyarakat. Namun di sisi lain, pertambangan juga memberikan dampak negatif. Menurut Rusdiana et al. [1] dampak negatif dari kegiatan pertambangan adalah penurunan kondisi tanah bekas penambangan (tailing) karena berubahnya profil lapisan tanah, terjadi pemadatan, kekurangan unsur hara, pH rendah, penurunan populasi mikroba dan pencemaran oleh logam-logam berat. PALMARIN, TINGKATKAN PRODUKSI CPO 30% TANPA EKSPANSIData Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2016 menunjukkan produktivitas CPO nasional rata-rata 3,6 ton/ha/tahun. Padahal potensi genetiknya bisa 12 ton/ha/tahun. Dengan kendala dan perlakukan di lapang bisa 8,4 ton/ha/tahun. Pada sisi lain saat ini kalau peningkatan produksi berbasis pada ekspansi lahan maka CPO Indonesia di pasar internasional akan rawan ditekan. “Karena itu kami dari Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia yang berada di bawah PT Riset Perkebunan Nusantara berusaha mencari cara meningkatkan produksi CPO tanpa ekspansi. Dengan ilmu dasar biologi molekuler yang kami miliki yang yang kami pelajari di tiga negara berbeda akhirnya bisa dibuat biostimulan untuk meningkatkan produksi CPO, “ kata Priyono, Direktur Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia. Bioteknologi Tanah untuk Kedaulatan Pangan dan Perkebunan BerkelanjutanKemerosotan daya dukung lahan akibat input produksi berupa bahan kimia buatan, secara langsung berdampak linier terhadap pelandaian (leveling off) atau penurunan (declining effects) kapasitas penyediaan hasil pangan dan perkebunan. Implementasi bioteknologi tanah sebagai upaya menggeser pupuk kimia buatan ke hayati merupakan jawaban dari permasalahan tersebut. Agen hayati ini memiliki fungsi untuk meningkatkan efisiensi pelarutan hara didalam tanah. Efisiensi ini terjadi karena kemampuan mikroba tertentu dalam menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang bermanfaat dalam proses agregasi partikel primer tanah dan/atau penghancuran ikatan unsur hara yang relatif sulit terlarutkan. Pemanfaatan pupuk berbasis hayati ini memiliki prospek yang strategis, tidak hanya untuk lingkungan yang berkelanjutan, tetapi juga memberikan keuntungan ekonomi bagi para pembudidaya tanaman melalui peningkatan produktivitas tanaman. Bioteknologi tanah (soil biotechnology) adalah teknologi yang memanfaatkan organisme tanah baik dalam ukuran makro, meso dan mikrobiota untuk berbagai tujuan seperti perbaikan sifat biologi tanah yang selanjutnya mempengaruhi aspek kimia dan fisika, guna memperbaiki pertumbuhan dan meningkatkan produksi tanaman serta memperbaiki kesehatan tanah (soil bioremediation). Perbaikan dan peningkatan kualitas pertumbuhan tanaman melalui peningkatan ketersediaan unsur hara, proteksi tanaman dari hama dan penyakit, serta penguraian limbah merupakan domain dari bioteknologi tanah. Dalam bidang pertanian, bioteknologi tanah bertujuan antara lain untuk meningkatan ketersediaan unsur hara dalam tanah, mempercepat proses dekomposisi bahan organik, melindungi tanaman dari cekaman fisiologis, merombak polutan menjadi bentuk yang lebih aman dan membersihkan tanah melalui bioremediasi tanah guna memperoleh tanah yang sehat serta perbaikan pertumbuhan yang selanjutnya meningkatkan produksi tanaman sehingga dapat mewujudkan kedaulatan dan kemandirian pangan. Secara ringkas, bioteknologi tanah merupakan cara-cara untuk memanipulasi mikroba tanah dan proses metabolismenya dengan sasaran produksi tanaman yang optimum. |